Home > Serial My Life > Penantian panjang perjalanan hidup

Penantian panjang perjalanan hidup

Oktober 2009, hari berlalu seperti layaknya biasanya. Nothing special selain hari-hari yang melelahkan di classroom training. Sudah hampir 3 bulan menjalani aktivitas di Ibu kota Jakarta Raya, namun diri ini masih diliputi bimbang yang tiada bertepi. Belum mendapat kepastian yang jelas terkait penempatan pekerjaan. Terkait prospektif ke depan. Maklum, karena kita termasuk trainee yang berbeda dengan yang lain. Ada spesialisasi alokasi buat unit Korporasi perusahaan. Hati selalu berdegup cemas. Belum pernah diri ini menjalani kehidupan lebih dari 1 minggu di luar pulau Jawa. Semua seperti menjadi momok yang menakutkan hidup dalam bayang-bayang hutan belantara. Bekerja di perusahaan sekaligus BUMN terbesar di Indonesia, menjadikan diri harus siap menanggung segala risiko akan berpetualang di seluruh penjuru pelosok daerah.

Oh Rabb semesta alam, sungguh diri ini tiada bermaksud melawan kehendak dan takdir yang Engkau tulis terhadap diri ini. Tapi sebagai manusia biasa, diri ini selalu memohon selalu ketabahan dan keikhlasan manakala diri ini mendapatkan sesuatu yang tidak kami inginkan ya Rabb. Hamba tiada berdaya melawan kehendak-Mu. Doa itu seolah menjadi penghibur hati, kepasrahan total akan takdir dari Allah Jalla Jalalu.

Waktupun terus berlalu, harapan demi harapan, selalu dipanjatkan agar tabir kejelasan masa depan ini semakin terbuka. Masa depan yang menentukan renstra hidup ke depan. Hingga pada suatu waktu, diri ini harus terkulai lemas tidak berdaya setelah menerima tiket penerbangan ke suatu kota di Pulau Kalimantan. Pulau yang sering didengar, namun belum pernah terbesit sedikitpun bagaimana rupanya. Dengan berbekal optimis bahwa badai pasti berlalu, bahwa Allah tahu yang terbaik untuk hamba-Nya, diri ini pun dengan langkah tegap menuju ke Pulau Kalimantan.

Hari pertama menginjakkan kaki di bumi Kalimantan, tidak ada yang istimewa. Sepanjang perjalanan di atas langit, yang terlihat hanyalah bentangan laut yang seolah tiada bertepi dan lebatnya hutan yang begitu luasnya. Hanya kesepian yang menggelayuti diri ini. Rasanya ingin berteriak sekeras-kerasnya, untuk memecahkan kesunyian yang ada. Meski hidup layaknya orang yang berkecukupan, namun bayangan ayah dan bunda masih selalu membayangi di kelopak mata ini.

Jika malam datang menghampiri, diri ini bertemankan sepi. Dinding-dinding apartemen menjadi saksi akan kebisuan ini. Tapi badai pasti berlalu, perjuangan tidak boleh berhenti di sini. Semua impian besar ini harus terwujud. Semua tidak boleh buyar hanya kalah oleh perasaan diri.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Tak terasa sudah 8 bulan menjalani hidup di Kota Bontang. Kota yang mungkin kecil tapi teratur. Ada kerinduan di setiap tarikan nafas ini manakala melihat burung-burung hinggap di pepohonan sepanjang jalan yang ada. Fenomena yang tiada pernah ditemui di kota-kota besar di Pulau Jawa.

Sekarang, hampir tiba juga waktu penentuan itu. Penempatan pekerjaan yang kadang menjadi momok menakutkan bagi orang-orang yang punya ekspekstasi akan orientasi dimana ia ditempatkan. Tapi sungguh aneh, jika dulu hanya berfikir bagaimana menghindar dari penempatan di kota ini, maka sekarang berharap tidak keluar dari kota yang mulai kucintai ini. Ya Rabb,, inilah kuasa-Mu. Engkau-lah yang menghimpun dan menumbuhkan semua rasa cinta ini. Kami tidak tahu apa yang Engkau rencanakan terhadap kami. Kami hanya bisa berkeluh kesah atas keadaan yang ada.

kutuliskan sebuah puisi untuk Kota Bontang yang mulai kucinta dan akan tetap kucinta….

Daun gugur dimusim semi
Meninggalkan kelopak bunga dalam kesendirian
Semilir angin yang bertiup sepoi
Menambah gelayut dalam diri ini

Ada cinta sedang bersemi
Menghiasi indahnya cakrawala yang sedang merona
Tersibak sudah tabir kekecewaan
Hilang ditelan rasa cinta yang mendalam

Ada apakah dengan cinta
Ada apa dengan nafsu dunia
Semua hanya tipuan dan fatamorgana
Padahal, kutemukan cinta dalam keikhlasan
Ada damai dalam kesabaran
Karena semua adalah pilihan

Dan aku akan kembali dalam purnama mendatang
Membawa segudang rindu dan cinta
Hingga waktu yang memisahkan kita
Dan atas kehendak Yang Maha Kuasa

Kutulis dalam indahnya sore di Bontang dan menyambut saat indah itu…..
(Bontang, 16 Juni 2010)

Categories: Serial My Life
  1. 21 June 2010 at 2:09 pm

    tulisan antum bagus skali mas. rangkaian2x indah. btw, sekarang dimana?

  2. 22 June 2010 at 4:32 pm

    Alhamdulillah….ada yang muji tulisanku…jarang-jarang nih ada yang mau jujur gini…hehehe
    Sekarang lagi di Bontang….

  3. achmad m
    2 July 2010 at 2:06 am

    photonya kok bagus2 motret sendirikah?
    tulisannya juga bagus

    • 2 July 2010 at 5:58 pm

      gak mas,, itu foto ngambil dari internet…. foto di Bontang,, bagus semua,, sesuai aslinya….
      thanks atas kunjungannya….salam kenal

  4. 16 May 2011 at 9:25 am

    kata salah satu iklan susu anak-anak….”LIFE IS AN ADVENTURE”…selamat menempuh petualangan di pulau sebrang…btw foto-fotoe apik2(awas dituntut singg nduwe lo)…fyi:link blognya mbak ndaru udah berubah di sini http://www.keluargarayhan.com…keep nulis and berkarya

    • 7 June 2011 at 11:12 am

      Oke mas,,, makasih sudah berkunjung….Sudah tak rubah link we nya situ dan mbak ndaru.,, 🙂

  1. No trackbacks yet.

Leave a comment